Fenomena Digitalisasi dan Implikasinya: Tinjauan Kritis melalui Keraguan Metodis Descartes sebagai Critical Thinking
DOI:
https://doi.org/10.35312/serifilsafat.v35i34.273Keywords:
Fenomena Digitalisasi, Keraguan Metodis, Descartes, Critical ThinkingAbstract
Fenomena Digitalisasi Dan Implikasinya: Tinjauan Kritis Melalui Keraguan Metodis Descartes Sebagai Critical Thinking
Dian Labo Mengkala
Robertus Wijanarko
Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang
Abstrak
Fenomena digitalisasi bisa menjadi ancaman bagi eksistensi manusia sebagai subjek yang berpikir. Hal ini disebabkan ketergantungan secara berlebihan terhadap algoritma, sehingga yang penting bukan lagi hal yang dipikirkan atau dikehendaki oleh manusia sebagai subjek, melainkan apa yang disajikan oleh digitalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengkritisi fenomena digitalisasi yang semakin mendominasi kehidupan manusia, dengan fokus pada bagaimana pengaruhnya membentuk dan berpotensi mengikis otonomi manusia sebagai subjek yang berpikir dan relasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka. Data dikumpulkan melalui penelaahan literatur filosofis, sosiologis, dan teknologi terkait digitalisasi, serta pemikiran kritis dan filsafat Descartes. Keraguan metodis Descartes sebagai kerangka critical thinking menjadi landasan untuk melakukan pemikiran kritis terhadap asumsi-asumsi di balik realitas digital. Prinsip “cogito, ergo sum” juga menjadi landasan untuk memahami dan menegaskan kembali posisi manusia. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa digitalisasi melalui algoritma dan kurasi konten, secara halus menciptakan ilusi realitas yang memengaruhi persepsi dan memanipulasi preferensi pengguna. Tanpa sikap kritis, pengguna berisiko kehilangan kapasitas untuk berpikir secara independen. Melalui penerapan keraguan metodis Descartes sebagai critical thinking, secara sadar dan sistematis yaitu, dengan secara aktif mempertanyakan, menganalisis, dan memfilter informasi digital, setiap pengguna dapat mempertahankan dan memperkuat integritas kognitifnya. Ini adalah langkah fundamental untuk menegaskan kembali kendali atas nalar dan mencapai kebebasan berpikir
