Aku Yang Tak Pernah Tetap: Krisis Identitas Generasi Digital Dalam Perspektif Liquid Modernity Zygmunt Bauman
DOI:
https://doi.org/10.35312/serifilsafat.v35i34.274Keywords:
Generasi Digital, Krisis Identitas, Liquid Modernity, Media Sosial, Zygmunt BaumanAbstract
Fenomena krisis identitas di kalangan generasi muda semakin mencolok dalam era digital, terutama dengan dominasi media sosial sebagai ruang pembentukan dan ekspresi diri. Media sosial tidak hanya menyediakan platform komunikasi, tetapi juga menciptakan tekanan sosial untuk tampil ideal, relevan, dan diakui secara publik. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis krisis identitas yang dialami generasi digital melalui pendekatan filsafat kontemporer Zygmunt Bauman, khususnya konsep liquid modernity. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kajian pustaka, mengkaji karya utama Bauman serta literatur ilmiah terkait identitas digital dan media sosial. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam masyarakat cair seperti yang digambarkan Bauman, identitas tidak lagi bersifat tetap dan stabil, melainkan bersifat fleksibel, rapuh, dan selalu dinegosiasikan. Di dunia digital, identitas menjadi performatif dan terfragmentasi, mengikuti logika algoritma dan budaya validasi sosial. Generasi muda dipaksa untuk terus menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial yang cepat berubah, yang pada akhirnya menimbulkan tekanan psikologis dan krisis eksistensial. Kajian ini menunjukkan bahwa pemikiran Bauman memberikan kerangka reflektif yang kuat untuk memahami dinamika identitas di era digital, serta membuka ruang untuk merumuskan pendekatan yang lebih etis dan kritis dalam menghadapi realitas sosial kontemporer.
