Hiperrealitas Orang Muda di Era Digital dalam Perspektif Jean Baudrillard

Authors

  • Blasius Diki Anggoro Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana
  • Vincentius Septian Krisnanda Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana
  • Yusuf Irawan Arsardi Wijayaputra Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana
  • Agilang Aji Prasojo Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana

DOI:

https://doi.org/10.35312/serifilsafat.v35i34.276

Keywords:

Digital, Hiperrealitas, Orang Muda, Simulacra

Abstract

Penelitian ini mengkaji fenomena hiperrealitas dalam kehidupan orang muda Indonesia di era digital dengan merujuk pada pemikiran Jean Baudrillard. Perkembangan media sosial telah membentuk ruang simulatif di mana identitas, relasi, dan emosi tidak lagi merefleksikan kenyataan yang utuh, melainkan dikonstruksi melalui tanda, citra, dan algoritma. Dalam konteks ini, orang muda terdorong untuk membentuk identitas digital yang telah dipoles agar sesuai dengan ekspektasi pasar digital. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi dan wawancara mendalam terhadap delapan responden berusia 18–24 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas informan menyadari adanya perbedaan antara diri mereka yang otentik dengan versi digital yang ditampilkan. Situasi ini menciptakan krisis otentisitas, ketergantungan terhadap validasi digital, dan tekanan emosional yang berujung pada kelelahan serta kecemasan sosial. Bahkan, dalam beberapa kasus, nilai-nilai spiritual pun terancam dikompromikan. Temuan ini menunjukkan bahwa pemikiran Baudrillard tentang simulacra dan hiperrealitas sangat relevan dalam membaca disorientasi identitas di era media sosial. Oleh karena itu, penting dikembangkan kesadaran kritis dan refleksi diri agar orang muda mampu bertahan sebagai pribadi yang otentik di tengah dominasi citra dan ilusi digital

Downloads

Published

2025-10-24

Issue

Section

Articles