Komitmen Spiritual Gen-Z di Era Virtual Identity Crisis: Perspektif Intertekstual Alkitabiah dari Amsal 3:1–6 dan Yohanes 14:1–6
DOI:
https://doi.org/10.35312/serifilsafat.v35i34.283Keywords:
Gen-Z, , Iman, Intertekstual, Virtual Identity CrisisAbstract
Generasi Z (Gen-Z), hidup di tengah dunia digital yang menciptakan krisis identitas virtual yakni suatu ketegangan antara citra diri maya dan eksistensi nyata yang berdampak pada spiritualitas mereka. Artikel ini merespons fenomena tersebut dengan mengangkat dua teks Kitab Suci, Amsal 3:1–6 dan Yohanes 14:1–6, sebagai dasar refleksi teologis. Kajianya terdiri dari: isi dan tafsiran kedua teks, relasi intertekstual di antara keduanya, serta pesan teologisnya bagi Gen-Z yang mengalami krisis identitas spiritual. Metode yang digunakan adalah hermeneutika intertekstual, dengan menelusuri gema makna antara kedua teks berdasarkan pendekatan Richard B. Hays. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Amsal menekankan hidup dalam kasih, setia, dan kepercayaan kepada Tuhan, sedangkan Yohanes menampilkan Yesus sebagai Jalan, Kebenaran, dan Hidup, sebagai jawaban definitif atas pencarian eksistensial manusia. Keduanya memperlihatkan kesinambungan teologis dari hikmat menuju relasi personal dengan Kristus. Dalam kedua perikop ini, iman dipahami bukan sekadar landasan dan imperatif moral, melainkan proses dan pilihan definitif untuk hidup dalam kebenaran Allah, yang menjadi solusi spiritual bagi krisis identitas digital yang dialami Gen-Z.
