Algoritma vs Kehendak Bebas: Pilihan Moral dalam Era Digital
DOI:
https://doi.org/10.35312/serifilsafat.v35i34.290Keywords:
algoritma, kehendak bebas, Akal Imitasi (AI), moralitas, hati nurani, kaum muda, Gereja KatolikAbstract
Perkembangan teknologi digital pada abad ke-21 telah mengubah secara mendasar cara manusia berpikir, berinteraksi, dan mengambil keputusan moral. Salah satu bentuk nyata dari kemajuan tersebut ialah hadirnya Artificial Intelligence (AI) atau Akal Imitasi yang bekerja melalui sistem algoritma. Algoritma dirancang untuk membantu manusia dalam pengambilan keputusan, namun di sisi lain dapat memengaruhi kebebasan manusia dalam menentukan pilihan moralnya. Artikel ini menelaah secara kritis relasi antara algoritma dan kehendak bebas dalam konteks kehidupan kaum muda yang hidup di tengah budaya digital. Dengan menggunakan metode penelitian pustaka dan pendekatan fenomenologi budaya, tulisan ini menelusuri sejarah perkembangan AI, fungsi algoritma dalam media sosial, serta konsekuensi etis yang ditimbulkannya. Dalam terang ajaran Gereja Katolik, khususnya melalui dokumen Antiqua et Nova, manusia tetap memiliki martabat dan kebebasan sebagai citra Allah (imago Dei) untuk memilih yang baik berdasarkan hati nurani yang terformasi dengan benar. Oleh karena itu, pendampingan pastoral yang menekankan pembinaan hati nurani menjadi kunci bagi kaum muda agar dapat menggunakan teknologi digital secara bijak dan bertanggung jawab. Artikel ini menyimpulkan bahwa algoritma tidak boleh menggantikan peran kehendak bebas manusia, melainkan harus menjadi sarana yang dikelola secara etis demi perkembangan moral dan kemanusiaan yang otentik.
