The Fourth Industrial Revolution: Quo Vadis Agama Dengan Tuhannya?
Abstract
Masyarakat kontemporer di negara-negara industri maju dan kalangan menengah ke atas serta kaum cerdik pandai di banyak negara sedang memperbincangkan dengan serius dan seru sebuah tema fundamental dan decisif bagi manusia dan alam lingkungan, yaitu “revolusi industri keempat” atau revolusi industri era 4.0. Tema ini mencuat ke ranah publik dan menjadi bahan perbincangan hangat berkat buku The Fourth Industrial Revolu- tion yang ditulis oleh Klaus Schwab, Pendiri dan Pemimpin Utama Forum Ekonomi Dunia (Founder and Executive Chairman of the World Eco- nomic Forum), yang mengorganisasikan pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia itu di kota Davos, Swiss.
Terhadap Revolusi Industri 4.0 ini negeri Jepang, misalkan saja, sudah memberi satu tanggapan dengan meluncurkan Society 5.0 atau Super-smart Society.2 Tujuannya ialah “menciptakan sebuah masyarakat
- Klaus Schwab, The Fourth Industrial Revolution (New York: Crown Business, 2017).
yang mampu memecahkan beragam tantangan sosial dengan memadukan inovasi dari revolusi industri 4.0 (seperti IoT, big data, intelligensi artifisial (AI), robot dan economi yang merata) ke dalam setiap kehidupan industri dan sosial... menjadikan hidup manusia lebih serasi dan berkelanjutan.3 In- donesia sebagai negara yang ber-Ketuhanan yang Maha Esa memberikan tanggapan apa?
